
Sakit kepala adalah keluhan yang umum, dan hampir semua orang pernah mengalaminya. Namun, ada satu jenis sakit kepala yang dianggap paling menyakitkan dibanding yang lain, yaitu sakit kepala cluster. Rasa nyeri yang ditimbulkan bisa sangat parah dan mengganggu aktivitas harian secara drastis.
PAFI LIWA, sebagai bagian dari PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA, mengajak masyarakat untuk lebih mengenal jenis sakit kepala ini agar bisa melakukan deteksi dini dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Apa Itu Sakit Kepala Cluster?
Sakit kepala cluster adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan serangan nyeri hebat dan berulang di satu sisi kepala, biasanya di sekitar mata. Rasa sakit ini bisa begitu intens, hingga sering disebut sebagai salah satu jenis sakit kepala yang paling menyiksa.
Berbeda dengan migrain yang berlangsung selama berjam-jam hingga beberapa hari, sakit kepala cluster datang dalam bentuk serangan singkat namun sangat menyakitkan, yang bisa terjadi beberapa kali dalam sehari selama berminggu-minggu.
Menurut PAFI LIWA, memahami gejalanya dapat membantu penderita mengelola kondisi ini lebih baik.
Ciri-Ciri Sakit Kepala Cluster
Berikut ini beberapa gejala khas dari sakit kepala cluster:
-
Nyeri hebat pada satu sisi kepala, terutama di sekitar atau di belakang mata.
-
Serangan nyeri bisa berlangsung 15 menit hingga 3 jam.
-
Muncul secara tiba-tiba, sering kali pada waktu yang sama setiap hari.
-
Mata berair atau merah pada sisi kepala yang sakit.
-
Hidung tersumbat atau meler.
-
Kelopak mata bisa terlihat turun atau bengkak.
-
Penderitanya sering gelisah dan tidak bisa duduk diam saat serangan terjadi.
PAFI LIWA menekankan bahwa gejala ini bisa muncul secara berulang dalam periode tertentu yang disebut “cluster period,” yang bisa berlangsung beberapa minggu atau bulan, lalu diikuti oleh masa remisi.
Apa Penyebabnya?
Hingga saat ini, penyebab pasti sakit kepala cluster belum sepenuhnya diketahui. Namun, para ahli menduga kondisi ini berhubungan dengan gangguan pada hipotalamus, bagian otak yang mengatur ritme sirkadian (jam biologis tubuh).
Beberapa pemicu yang diketahui antara lain:
-
Konsumsi alkohol (selama periode cluster).
-
Bau menyengat seperti parfum atau asap rokok.
-
Perubahan pola tidur.
-
Stres berlebihan.
Meski penyebabnya belum jelas, PAFI LIWA mengajak masyarakat untuk mencatat pola serangan dan kemungkinan pemicunya agar lebih mudah dikendalikan.
Siapa yang Rentan?
Sakit kepala cluster lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita, terutama pada usia 20 hingga 50 tahun. Mereka yang memiliki riwayat merokok berat atau anggota keluarga dengan kondisi serupa juga lebih berisiko.
Namun, bukan berarti wanita dan anak-anak tidak bisa terkena. Oleh karena itu, penting untuk tidak mengabaikan gejala sakit kepala yang berulang dan sangat menyakitkan.
Bagaimana Penanganannya?
Sakit kepala cluster tidak bisa disembuhkan, namun gejalanya dapat dikendalikan dengan penanganan yang tepat. Beberapa pilihan terapi antara lain:
-
Oksigen murni: Menghirup oksigen 100% melalui masker khusus selama 15–20 menit dapat meredakan serangan dengan cepat.
-
Obat semprot hidung (triptan): Obat ini efektif mengurangi nyeri saat serangan terjadi.
-
Obat pencegahan: Seperti verapamil atau kortikosteroid, yang diminum selama periode cluster untuk mengurangi frekuensi dan intensitas serangan.
-
Penghindaran pemicu: Seperti alkohol dan rokok selama periode cluster.
PAFI LIWA mendorong masyarakat untuk berkonsultasi dengan tenaga medis atau apoteker guna mendapatkan pengobatan yang aman dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Pentingnya Edukasi dan Dukungan
Karena sakit kepala cluster sering disalahartikan sebagai migrain atau sakit kepala biasa, edukasi menjadi kunci untuk meningkatkan kesadaran. Banyak penderita merasa frustrasi karena sulit mendapatkan diagnosis yang tepat.
PAFI LIWA, melalui peran aktifnya di bidang kesehatan masyarakat, terus mengedukasi pentingnya mengenali berbagai jenis sakit kepala dan mendorong pendekatan yang lebih empatik terhadap penderita.
Sakit kepala cluster mungkin jarang terjadi dibanding jenis sakit kepala lainnya, namun dampaknya bisa sangat besar terhadap kualitas hidup. Mengenali gejala, memahami pemicu, dan mendapatkan pengobatan yang tepat adalah langkah penting dalam menghadapi kondisi ini.
PAFI LIWA mengingatkan bahwa setiap keluhan kesehatan, termasuk sakit kepala, tidak boleh diabaikan. Deteksi dini dan konsultasi dengan profesional kesehatan adalah kunci untuk menjaga tubuh tetap sehat dan produktif.