Stres adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindari. Namun, banyak orang yang merasa bahwa stres justru membuat berat badan mereka naik. Apakah benar stres bisa bikin gemuk? PAFI Liwa akan mengupas fakta ilmiah di balik hubungan antara stres dan kenaikan berat badan agar Anda lebih memahami bagaimana stres memengaruhi tubuh dan cara mengelolanya dengan tepat.

Bagaimana Stres Mempengaruhi Berat Badan?

Ketika seseorang mengalami stres, tubuh melepaskan hormon stres yang disebut kortisol. Kortisol berfungsi membantu tubuh menghadapi situasi darurat dengan meningkatkan energi yang tersedia. Namun, jika stres berlangsung lama (stres kronis), kadar kortisol yang tinggi dapat memicu beberapa perubahan yang berkontribusi pada kenaikan berat badan, antara lain:

  • Meningkatkan nafsu makan Kortisol dapat merangsang keinginan untuk makan, terutama makanan tinggi gula dan lemak, yang sering disebut “comfort food”. Makanan ini memberikan rasa nyaman sementara, sehingga orang cenderung makan berlebihan saat stres.
  • Menyimpan lemak di perut Kadar kortisol yang tinggi juga memicu penumpukan lemak di area perut (lemak visceral), yang berisiko tinggi terhadap penyakit jantung dan diabetes.
  • Mengganggu metabolisme Stres kronis dapat memperlambat metabolisme, sehingga kalori yang masuk lebih mudah disimpan sebagai lemak.

Bukti Ilmiah Tentang Stres dan Kenaikan Berat Badan

Berbagai penelitian mendukung hubungan antara stres dan kenaikan berat badan. Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Obesity menunjukkan bahwa stres psikososial berhubungan positif dengan indeks massa tubuh (BMI) yang lebih tinggi. Penelitian lain mengungkapkan bahwa orang yang merespons stres dengan peningkatan kadar kortisol lebih cenderung mengalami kenaikan berat badan akibat pola makan berlebihan.

Selain itu, penelitian dari Harvard Health menyebutkan bahwa stres dapat memicu perilaku makan berlebihan, terutama pada wanita, yang kemudian berkontribusi pada obesitas. Stres juga dapat menyebabkan gangguan tidur dan penurunan aktivitas fisik, yang semakin memperburuk kondisi berat badan.

Faktor Lain yang Memengaruhi Hubungan Stres dan Berat Badan

Tidak semua orang mengalami kenaikan berat badan saat stres. Faktor-faktor seperti genetika, jenis kelamin, pola makan, dan gaya hidup juga memengaruhi bagaimana tubuh merespons stres. Misalnya, beberapa orang justru kehilangan nafsu makan saat stres dan mengalami penurunan berat badan.

Cara Mengelola Stres Agar Tidak Bikin Gemuk

PAFI Liwa menyarankan beberapa cara efektif untuk mengelola stres agar tidak berdampak negatif pada berat badan:

  • Kenali pemicu stres dan cari cara menguranginya, seperti manajemen waktu atau berbicara dengan orang terdekat.
  • Lakukan aktivitas fisik secara rutin untuk membantu menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan mood.
  • Pilih makanan sehat yang kaya serat, protein, dan lemak sehat untuk menjaga kestabilan gula darah dan mengurangi keinginan makan berlebihan.
  • Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga untuk menenangkan pikiran.
  • Tidur cukup dan berkualitas karena kurang tidur dapat memperparah stres dan gangguan metabolisme.

Peran PAFI Liwa dalam Edukasi Kesehatan

PAFI Liwa aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan stres dan pola hidup sehat untuk mencegah obesitas dan penyakit terkait. Melalui penyuluhan dan konsultasi, PAFI membantu masyarakat memahami hubungan antara stres dan berat badan serta memberikan solusi praktis untuk menjaga kesehatan.